By :Dian Paturoma
Menurut penuturan dari Mbah Abdullah atau juru kunci makam lamaran bahwasanya pada zaman dahulu ada seseorang yang bernama Buyut Kuwu Sangkang atau biasa disebut Mbah Sodo berasal dari Cirebon yang berkelana hingga sampai ke Desa Kaliprau Kec. Ulujami Kab. Pemalang. Setiba di Desa Kaliprau beliau kesehariannya mencari ikan dengan menggunakan “Sodo” atau alat pencari ikan disekitar lamaran.
Buyut Kuwu Sangkang mempunyai istri bernama Buyut Liem dengan nama lain
Darkonah yang konon katanya menanam pohon disekitar lamaran.
Beliau dikenal orang yang baik dan hingga meninggal pun makamnya masih dirawat disekitar lamaran yang dikelilingi pohon rindang dan area persawahan yang kini sudah tidak lagi dbisa ditanami padi akibat air rob yang masuk.
Untuk mengingat sejarah dari makam lamaran diadakanlah tradisi nyadran atau serangkaian acara yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendo’akan leluhur dan mengingat “Nguri-Nguri”.
Tradisi nyadran biasa diadakan menjelang bulan puasa yakni biasa disebut oleh masyarakat setempat bulan ruwah dengan mengundang tokoh masyarakat, pemdes dan warga setempat.
Dengan serangkaian acara yakni pembukaan, sambutan dari juru kunci, sambutan pemdes dan do’a yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat.
0 comments:
Post a Comment